BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup
lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil
menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang
infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak
atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas
pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%,
gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui
sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan
disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses
ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan
diagnosa endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun
tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut.
Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti
belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.
Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan
endometriosis sebanyak 0-53%pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum
diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80% sedangkan pada
wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.
Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah
ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena
itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause
perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir
ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat.Angka kejadian antara 5-15% dapat
ditemukan di semua operasi pelvis.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering
didapatkan pada wanita–wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang
kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan
pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak
anak.Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi
kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada
infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %.Pada
infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%,
sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan
angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi
pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil.
Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita
infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh
laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%
Berdasarkan
penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita mendasari
study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
konsep dasar penyakit pada endometriosis?
2. Bagaimana
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien endometriosis ?
C.
TUJUAN
1. Agar
mengetahui konsep dasar penyakit pada endometriosis
2. Agar
mengetahuikonsep dasar asuhan keperawatan pada pasien endometriosis
D.
MANFAAT
PENULISAN
1. Memberikan
gambaran umum mengenai konsep dasar penyakit pada endometriosis
2. Memberikan
gambaran umum mengenai konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien endometriosis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT
1.
Definisi
Endometriosis
adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya dalam
uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis
merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan
jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis.( Scott, R James, dkk. 2002).
Endometriosis
adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan
uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner
& Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis
adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis
adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar kavum uterus.Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis
internal) sedangkan bila di luar uterus disebut (endometriorisis ekterna)
2.
Epidemiologi
Endometriosis
selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang
meningkat.Angka kejadian antara 5 – 15% dapat ditemukan di antara semua operasi
pelvic.Yang menarik adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada
wanita yang tidak menikah pada umur muda, dan tidak mempunyai banyak anak.
Di
Amerika Serikat, endometriosis timbul pada 7 – 10% populasi, biasanya berefek
pada wanita usis produktif. Prevalensi endometriosis pada wanita infertile
adalah sebesar 20 – 50% dan 80% pada wanita dengan nyeri pelvis. Terdapat
keterkaitan keluarga, dimana resiko meningkat 10 kali lipat pada wanita dengan
keluarga derajat pertama yang mengidap penyakit ini
3.
Etiologi
Etiologi endometriosis
belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan :
a. Secara
kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
b. Pindahnya
sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c. Refluks
menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke
rongga pelvis.
d. Herediter
karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005)
Ada
beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:
a. Teori
implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada
saat menstruasi
b. Teori
metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori
ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
c. Teori
induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi
jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Teori lain menyebutkan :
a. Teori
transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan
kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
b. Teori
metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang
selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari
luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)
Ada beberapa faktor resiko penyebab
terjadinya endometriosis, antara lain :
a. Wanita
usia produktif ( 15 – 44 tahun )
b. Wanita
yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
c. Menstruasi
yang lama (>7 hari)
d. Spotting
sebelum menstruasi
e. Peningkatan
jumlah estrogen dalam darah
f. Keturunan
: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama
g. Memiliki
saudara kembar yang menderita endometriosis
h. Terpapar
Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan
kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica:Jakarta.)
4.
Patofisiologi
Endometriosis
terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim.Lokasi tumbuhnya beragam di
rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus,
daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Dalam setiap siklus
menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan
jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh
indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba
falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak
dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir
siklus.Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa
menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan
waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori
mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa
jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan
tumbuh di luar rahim.
Teori
lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi
baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang
terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan dapat tumbuh menjadi
endometrial implant kelak. Dalam kasus endometriosis, walaupun jaringan
endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi “imigran gelap” di rongga perut
seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga
sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang
selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan merespons
perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang
masa menstruasi, jaringannya juga menebal. Namun, bila endometrium dapat luruh
dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi,
endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga, mereka membesar
pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah
perut) cenderung makin lama makin parah.Intensitas rasa sakit yang disebabkan
oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial
implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat
kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat
saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan
berkembang dalam rahim dan membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini
akan menebal pada awal siklus haid sebagai persediaan menerima telur tersenyawa
(embrio).
Endometriosis
yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam rahim dan
berdarah setiap bulan. Oleh karena selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya,
ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada
masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu
selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis
ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair)
dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail, 2005).
Endometriosis
dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan
yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita
tersebut.
Gangguan
menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama
halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor
penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar
uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut
dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi
tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam
rongga pelvis yang dikenai endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki
peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan
untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun
lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal.Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvis.
Perdarahan
di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri
saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis
akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan
seks.
Adhesi
juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica: Jakarta Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams &Wilkins : Philadelphia.)
5.
Pathway
Terlampir
6.
Gejala
Klinis
Pada
umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala.Gejala pada umumnya
terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena pembesaran
daerah endometriosis.Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul,
dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan
infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).
a. Nyeri
panggul
Nyeri
yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri yang dikatakan sebagai nyeri
yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika menstruasi.
Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang terjadi pada
satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur atau
dinding samping panggul.Dispareunia terjadi terutama pada periode premenstruasi
dan menstruasi.Nyeri saat berkemih dan dyschezia dapat muncul apabila terdapat
keterlibatan saluran kemih atau saluran cerna.
b. Dismenorea
Nyeri ketika menstruasi
adalah keluhan paling umum pada endometriosis.
c. Infertilitas
Efek endometriosis pada
fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim
sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi
terganggu.Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga
panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi
embrio (Missrani, 2009).
Tanda dan gejala endometriosis antara
lain :
a.
Nyeri :
1)
Dismenore sekunder
2)
Dismenore primer yang
buruk
3)
Dispareunia: Nyeri
ovulasi
4)
Nyeri pelvis terasa
berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah
selama siklus menstruasi.
5)
Nyeri akibat latihan
fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
6)
Nyeri pada saat
pemeriksaan dalam oleh dokter
b. Perdarahan
abnormal
1) Hipermenorea
2) Menoragia
3) Spotting
sebelum menstruasi
4) Darah
menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
5) Keluhan
buang air besar dan buang air kecil
6) Nyeri
sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
7) Darah
pada feces
8) Diare,
konstipasi dan kolik
7.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a. Uji
serum
1) CA-125:
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
2) Protein
plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
3) Antibodi
endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b. Teknik
pencitraan
1) Ultrasound:
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
2) MRI:
90% sensitif dan 98% spesifik
3) Pembedahan: Melalui
laparoskopi dan eksisi.
8.
Komplikasi
a. Obstruksi
ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau
ureter.
b. Torsi
ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
c. Infertilitas,
ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab infertilitas
kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)
9.
Penatalaksanaan
a. Kolaboratif
Kehamilan
bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi (ovulasi)
berhenti selama kehamilan dan laktasi.Ada beberapa wanita yang menjadi
asimptomatis setelah melahirkan.Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah
maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi
oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi dapat
menyebabkan atrofi endometrium.Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat
juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium.Danasol dapat menghentikan
perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan
endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik).Kelemahan
dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat
lelah, depresi, berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan
osteoporosis.
Apabila
tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat
dilaksankan.Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa
mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan
menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis.Bedah radikal
meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium.Endometriosis bisa
berhenti ketika menopause.
b. Mandiri
Pasien
perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati.Perlu diterapkan kepada
pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani
nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan.
10.
Pencegahan
Pencegahan
yaitu menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau melakukan
kerokan pada haid, Observasi pada pembesaran analgesik yaitu pemeriksaan
periodik dan berkala, Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan dengan
histeroktomi total salfingo-oferektomi bilateral eksisi tempat endometriorisis
Kehamilan
adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala – gejala
endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan
karena regresi endometrium dalam sarang – sarang endometriosis.Oleh sebab itu
hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak – anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama.Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis.Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang
kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
B.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke
daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran
sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Dismenore primer ataupun sekunder
2) Nyeri saat latihan fisik
3) Dispareun
4) Nyeri ovulasi
5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri
menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.
6) Nyeri akibat latihan fisik atau
selama dan setelah hubungan seksual
7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam
oleh dokter
8) Hipermenorea
9) Menoragia
10) Feces berdarah
11) Nyeri sebelum, sesudah dan saat
defekasi
12) Konstipasi, diare, kolik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan
(terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek,
darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi.
e. Aktifitas dan Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat
anemia
2) Perubahan pola istirahat dan kebiasaan
tidur pada malam hari
3) Adanya factor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan keringat malam
4) Pekerjaan atau profesi dengan
penajaman karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi
f. Integritas Ego
Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis dan perasaan putus asa
g. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis,
misalnya masalah nyeri
h. Makanan dan minuman
Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa)
i.
Neurosensori
Gejala : pusing
j.
Nyeri atau kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyaman ringan sampai nyeri berat
k. Pernafasan
Gejala : merokok, pemajanan abses
l.
Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
m. Seksualitas
Gejala
: perubahan pola respon
n. Interaksi social
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung
2. Diagnosa Keperawatan yang
mungkin muncul
b.
Ansietas b.d ancaman atau
perubahan status kesehatan
c.
Resiko
gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Rencana Tindakan
Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana Perawatan
|
||
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Nyeri
akut b/d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
|
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x … jam diharapkan nyeri klien akan
berkurang dengan kriteria hasil :
a. klien
mengatakan nyeri berkurang,
b. klien
tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit,
c. keringat
berkurang.
|
a. Pantau/catat
karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik)
klien.
b. Kaji
lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
c. Kaji
intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
d. Tunjukan
sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.
e. Jelaskan
penyebab nyeri klien.
f. Bantu
untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi
g. Berikan
pujian untuk kesabaran klien.
h. Delegatif
pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
|
a. Untuk
mendapatkan indicator nyeri.
b. Untuk
mendapatkan sumber nyeri.
c. Nyeri
merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang
mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Ketidakpercayaan
orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Dengan
mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Memodifikasi
reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Meningkatkan
motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
h. Analgetik
tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan
uterus.
|
2. Ansietas
b/d ancaman atau perubahan pada status kesehatan
|
.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x… jam diharapkan ansietas
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Pasien
tampak rileks
b. Tidak
menunjukkan perilaku yang menggambarkan ansietas
|
a. Kaji
dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
b. Selidiki
dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum dimilki
c. Sediakan
informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis
d. Instruksikan
pasien tentang penggunaan teknik relasasi
|
a. Dengan
mengetahui tingkat kecemasan pasien perawat dapat melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien saat ini.
b. Menentukan
kemampuan pengambilan keputusan pada pasien
c. Mengurangi
takut
d. Teknik
relaksasi dapat menurunkan ansietas
|
3. Resiko
gangguan harga diri b/d infertile pada
endometriosis
|
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x … jam diharapkan pasien
akan melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan
kriteria hasil:
a.
Pasien akan
mengetahui kekuatan pribadi
b.
Berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan tentang perencanaan perawatan
|
a. Berikan
motivasi kepada pasien
b. Dorong
klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
c. Bina
hubungan saling percaya
d. Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang di miliki
e. Informasikan
dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan
infertile pada endometriosis seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli
kebidanan.
|
a. Meningkatkan
harga diri klien dan merasa di perhatikan.
b. Meningkatkan
kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
c. Hubungan
saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar
untuk intervensi selanjutnya.
d. Mengidentifikasi
hal-hal positif yang masih di miliki klien.
e. Jujur
dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan
dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
|
4.
Implementasi
Implementasi menyesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang
di rencanakan.
5.
Evaluasi
a.
Nyeri klien berkurang:
1)
klien mengatakan nyeri
berkurang,
2)
klien tidak memegang punggung,
kepala atau daerah lainnya yang sakit,
3)
keringat berkurang
b. Ansietas pasien berkurang:
1) Pasien
tampak rileks
2) Tidak
menunjukkan perilaku yang menggambarkan ansietas
c. Kepercayaan diri pasien meningkat:
1) Pasien
akan mengetahui kekuatan pribadi
2) Berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan tentang perencanaan perawatan.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Endometriosis merupakan suatu bmasalah
dimana terjadi penebalan atau pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam
rahim (Endometriosis) yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi
kebanyakan endometriosis ini terjadi pada perempuan yang berusia 35 tahun.
Penyakit itu sebenarnya tidak terlalu berbahaya tetapi ia memiliki
karakteristik. Seperti tumor yang akan terus tumbuh Endometriosis juga dapat
menyebabkan kemandulan, hal itu terjadi karena jaringan serta darah mengalir
pada organ itu menghargai terjadinya kehamilan.
B. SARAN
Dengan pembuatan makalah ini semoga
dapat memberi masukan atau saran dalam penanganankhasus pada pasien
Endometriosis.
DAFTAR
PUSTAKA
Baraero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi
& Seksualitas. Jakarta: EGC
Bobak.Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
Bunner and Suddart .2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta
: EGC
Doenges, Marilynn.E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.
Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC).
Mosby. Philadelphia.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid kedua . Media
Aesculapius : Jakarta
MC.Closky.T dan Bulaceck G.2000.Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby. Philadelphia.
Nanda . 2012. Nursing
Diagnosis : definisi dan
klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Philadelphia USA.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica: Jakarta.
Komentar
Posting Komentar