Langsung ke konten utama

CA SERVIK (KANKER SERVIK)



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.
Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.
Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian Kanker Serviks?
2.         Apa etiologi/ faktor predisposisi Kanker Serviks?
3.         Bagaimana epidemiologi penyakit Kanker Serviks?
4.         Bagaimana patofisiologi dari Kanker Serviks?
5.         Apa saja klasifikasi dari Kanker Serviks?
6.         Apa saja manifestasi klinis dari Kanker Serviks?
7.         Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk pasien dengan Kanker Serviks?
8.         Apa prognosis dari Kanker Serviks?
9.         Bagaimana penatalaksanaan penyakit Kanker Serviks?
10.     Apa saja komplikasi penyakit Kanker Serviks?
11.     Apa yang dilakukam untuk pencegahan Kanker Serviks?
12.     Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks?

C.      Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian Kanker Serviks
  2. Untuk mengetahui etiologi dari Kanker Serviks.
  3. Untuk megetahui epidemiologi Kanker Serviks
  4.  Untuk mengetahui patofisiologi dari Kanker Serviks
  5. Untuk mengetahui kalsifikasi dari Kanker Serviks
  6. Untuk mengetahui gejala klinis Kanker Serviks
  7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk Kanker Serviks
  8. Untuk mengetahui prognosis dari Kanker Serviks
  9. Untuk mengetahui penatalaksanaan  Kanker Serviks
  10. Untuk mengetahui komplikasi dari Kanker Serviks
  11. Untuk mengetahui pencegahan Kanker Servikz
  12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Servik


A.      KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      Definisi / Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya. (FKUI, 1990;FKPP, 1997). Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina.(Diananda,Rama, 2009 )
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Serviks merupakan bagian terndah dari rahim yang menonjol ke liang senggama atau menempel pada puncak vagina.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun.Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
2.      Epidemiologi / Insiden Kasus
Kanker ini merupakan jenis penyakit kanker paling umum kedua diseluruh dunia yang biasa diderita wanita diatas 15 tahun. Faktanya, di dunia sekitar 500.000 wanita didiagnosa menderita kanker serviks dan rata rata 270.000 kematian setiap tahunnya.
Sementara di asia, kanker serviks menjadi penyakit kanker pada wanita kedua terbanyak yang diderita dan lebih dari setengha wanita asia yang menderita kanker serviks meninggal dunia.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995).
Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).


3.      Etiologi / Penyebab
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a.       Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata)yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45,56
b.      Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
c.       Infeksi virus.
Infeksi herpes genetalia atau infeksi klamidia menahun dan penyakit seksual (ISK) lainnya.
d.      Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
e.       Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
f.       Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
g.      Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

4.      Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
Kriteria
0
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a
Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum menunjukkan keluhan klinik
I a1
Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3mm, ukuran besar tumor <7mm
1a2
Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3mm – 5mm) dengan lebar = 7mm
Ib
Ukuran kanker sudah lebih dari IA2
IB1
Ukuran tumor = 4cm
IB2
Ukuran tumor >4cm


II
Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding rongga panggul meskipun sudah  menyebar ke vagina tapi masih terbatas pada 1/3 atas vagina
II a
Tumor jelas belum menyebar kesekitar uterus
II b
Tumor jelas sudah menyebar kesekitar uterus
III
Kanker sudah menyebar kedinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidronekrosis) dan mengalami gangguan fungsi ginjal
III a
Kanker sudah menginvasi dinding panggul .
III b
Kanker menyerang dinding panggul disertai dengan gangguan fungsi ginajal dan atau hidronekrosis
IV
Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul dan secara klinik sudah terlihat tanda tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung kencing dan atau rectum
IV a
Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan serviks
IV b
Kanker sudah menyebar pada alat atau organ yang jauh dari serviks

5.      Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut dysplasia, dysplasia merupakam neoplasia serviks intrapitheliai (CNI). CNI terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu timglat 1 ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan merupkan satu satunya gejala yang nyata.
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yangmengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggukerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yangmenimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.Keputihanyang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karenamengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatangangguan pola seksual.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuhyang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selaludihubungkan dengan kematian.(Price, syivia Anderson, 2005).

6.      Pathway
Terlampir
7.      Manefestasi Klinik
a.       Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
1)      Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
2)      Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3)      Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
4)      Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b.      Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1)      Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
2)      Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3)      Dari vagina keluar air kemih atau feses
c.          Perdarah yang dialami segera setelah senggama (75 – 80%)
d.         Perdarahan yang terjadi diluar senggama
e.          Perdarahan spontan saat defekasi
f.          Perdarahan diantara haid
g.         Perdarahan sesudah menapouse
h.        Perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul bila kanker sudah dalam stadium lanjut
i.           Rasa berat dibawah dan rasa kering di vagina
j.           Anemia akibat perdarahan berulang
k.        Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf  (Dr. Rama Diananda,  2009)
8.      Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
a.    Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b.   Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
c.    Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.Alat ini memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin dapat dibiopsi. Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
d.   Servikografi
e.    Pemeriksaan visual langsung
f.     Gineskopi
g.    Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
h.   Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
i.      Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
j.     MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
k.   Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
l.      Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1)   Proses dicurigai berada di endoserviks.
2)   Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3)   Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4)   Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

9.      Prognosis
Pada kanker rahim stadium lanjut, 1/3 penderita kankernya tumbuh lagi setelah pengobatan. Kekambuhan terjadi 1 – 2 tahun setelah obat dihentikan. Penyebaran kanker biasanya ke bagian vagina atas, rahim dan organ lain di panggul. Kanker ini tumbuh lagi pada bagian atas vagina, setelah dilakukan operasi pengangkatan rahim.
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal (Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% (Geene,1998; Kenneth, 2000).

10.          Komplikasi
a.     Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1)      Vistula Uretra
2)      Disfungsi bladder
3)      Emboli pulmonal
4)      Infeksi pelvis
5)      Obstruksi usus
b.    Berkaitan dengan kemoterapi
1)      Sistitis radiasi Enteritis
2)      Supresi sumsum tulang
3)      Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4)      Kerusakan membrane mukosa GI
5)      Mielosupresi

11.  Penatalaksanaan
a.         Penatalaksanaan Medis
Tingkat
Penatalaksaan
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
                                                                                                                   
2.    Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)


12.  Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
a)        Mencegah terjadi infeksi HPV dengan vaksin HPV
       Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam melawan kanker yang disebabkan oleh HPV. Salah satu vaksin dapat membantu menangkal timbulnya kutil didaerah genital yang diakibatkan oleh HPV 6 dan 11, juga 16 dan 18.
b)        Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
c)        Memperbanyak makan sayur dan buah segar
d)       Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun.
e)        Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena  dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
f)         Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
g)        Jangan berganti-ganti pasangan seksual
h)        Berhenti merokok



B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien.
b.      Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c.       Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d.      Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e.       Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
f.       Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar.
a.       Aktivitas dan istirahat
Gejala:
1)      Kelemahan atau keletihan akibat anemia
2)      Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3)      Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
4)      Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.

b.      Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
c.       Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
1)      Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya nyeri.
2)      Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause dini, dan menoragia.
d.      Makanan dan minuman
Gejala:
1)      Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
2)      Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat (kanker ovarium).
e.       Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
f.       Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara (pada kanker ovarium).
g.      Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
h.      Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
i.        Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).


j.        Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k.      Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya.

2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi : penekanan saraf lumbosakralis
2.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat: anoreksia, mual dan muntah.
3.      Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi
5.      Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri
6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh akibat anemia dan kemoterapi.
7.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan , ancaman kematian.
8.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
9.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan aktual pada struktur tubuh
10.  Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder:  imunosupresi.
11.  Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute normal (pendarahan)


3.      Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Intervensi
Rasional
1.      Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi : penekanan saraf lumbosakralis

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan klien dapat mengetahui cara- cara mengatasi nyeri dan rasa nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan Kriteria Hasil:
1.        Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
2.        Intensitas nyeri berkurang
3.        Pasien tampak rileks

1.    Observasi karakteristik nyeri, mis tajam, konstan ,ditusuk. Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri.
2.    Pantau TTV











3.    Berikan tindakan nyaman mis, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas





4.    Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi

1.      Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat diukur.






2.      Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk perubahan tanda vital telah terlihat.



3.      Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.



4.      Obat ini dapat digunakan untuk mengurangi periode nyeri dan meningkatkan kenyamanan.

2.  Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat: anoreksia, mual dan muntah
Setelah diberikan tindakan keperawatan  selama ....x 24 jam diharapkan  kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:
-       Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
-       Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
1.    Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
2.    Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.


3.    Monitor intake dan output secara periodik.
4.    Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
5.    Anjurkan bedrest.






6.    Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.



7.    Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
8.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.





9.    Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).

1.    Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat







2.    Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
3.    Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
4.    Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.




5.    Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.


6.    Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.

7.    Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

8.    Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.



9.    Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

3.      Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan  eliminasi urine pasien dapat kembali berfungsi secara normal dengan kriteria hasil
1.      Frequensi BAK pasien kembali normal.
2.      Pola berkemih dan input dan output pasien dalam batas normal

1.      Awasi pemasukan dan pengeluaran pasien dan karakteristik urine.


2.      Awasi TTV pasien secara berkala



3.      Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.













4.      Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, Kreatinin.

5.      Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas.



6.      Berikan obat sesuai indikasi (Antibiotik)

1.          Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan.

2.          Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan urine dapat hipertermi.

3.          Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frequensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal.



4.          Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.


5.          Menentukan adanya ISK, yang penyebab/gejala komplikasi.


6.          Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri akibat ISK yang berkembang di saluran kemih.

4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:
a.  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b.  Tidak ada luka/lesi pada kulit
c.  Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
e.  Menunjukkan  terjadinya proses penyembuhan luka

1.      Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka.

2.      Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

3.      Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi



4.      Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion




5.      Kolaborasi dalam pemberian obat topical
1.      Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi

2.      Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi



3.      Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer


4.      Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik

5.      Mencegah atau mengontrol infeksi
5.Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24jam diharapkan interaksi sosial px tidak terganggu dengan kriteria hasil :
-          Menyatakan kesadaran perasaan yang menimbulkan interaksi sosial buruk.
-          Terlibat dalam peningkatan perubahan positif dalam prilaku sosial dan hubungan interpersonal.
1.      Kaji pola hubungan dan prilaku sosial
2.      Kaji penggunaan keterampilan koping pasien dan mekanisme pertahanan.
3.      Dorong pasien untuk mengekspresi perasaan dan persepsi masalah
4.      Izinkan px menyebutkan prilaku yang menyebabkan ketidaknyamanan.

1. interaksi sosial terutama dipelajari dalam keluarga asal
2.dapat mempunyai keterampilan koping yang digunakan untuk melindungi individu dalam mempengaruhi perasaan kesepian.
3.membantu mengidentifikasi dan memperjelas alasan untuk kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
4.mengidentifikasi masalah khusus dan menganjurkan tindakan yang dapat diambil untuk mempengaruhi perubahan.
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan secara menyeluruh akibat anemia dan kemoterapi
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien diharapkan mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan  kriteria hasil:
-       Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.

1.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat  laporan  dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan.
2.    Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.    Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.




4.    Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
5.    Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.


1.      Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pemilihan intervensi.

2.      Menurunkan stress dan rangsanagn berlebihan, meningkatkan istirahat.

3.      Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.

4.      Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbanagnsuplai dan kebutuhan oksigen.


5.      Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan.

7.Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan cemas klien berkurang dengan kriteria hasil:
-          Klien tampak rileks
-          Melaporkan ansietas berkuarang sampai tingkat dapat diatasi
-          Mampu mengidentifikasikan cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
1.     Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
















2.     Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang, hiperventilasi, insomnia.













3.     Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat penyebab emosional yang labil/ reaksi psikotik.




4.     Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat.


5.     Kolaborasi: Berikan obat antiansietas ( transquilizier, sedatif ) dan pantau efeknya.





6.     Kolaborasi: Rujuk pada sistem penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama, dan pelayanan sosial.
1.      Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, keatidakmampuan untuk bicara dan bergerak,berteriak/ bersumpah.




2.      Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adregenik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.



3.      Memahami bahwa tingkah laku didasarkan pada fisiologis dapat memungkinkan respon /pendekatan berbeda, penerimaan terhadap situasi.


4.      Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan membaik dengan pengobatan.


5.      Dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk menurunkan pengaruh dari sekresi hormon tiroid yang berlebihan.



6.      Terapi penyokong yang terus menerus mungkin dimanfaatkan/ dibutuhkan pasien ayau orang terdekat jika krisis itu menimbulkan perubahan gaya hidup pada pasien itu sendiri.
8.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Setelah dilakukan tindakan selama …….X24 jam perawatan diri klien dapat terpenuhi
Kreteria hasil:
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya  hidup untuk kebutuhan merawat diri, mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
1.      Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dallam skala0-4 untuk melakukanaktifitas hidup sehari-hari

2.      Hindari apa yang tidak dapat di lakukan klien dan bantu bila perlu

3.      Ajak klien untuk berpikir positif terhadap kelemahan yang dimilikinya. Barikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, dan berikan  umpan balik positif atas usahanya



4.      Rencanakan tindakan untuk mengurangi pergerakan pada sisi paha yang sakit, seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan pasien

5.      Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan latihan


1.      Membantu dalam mangantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individu


2.      Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien
3.      Klien memerlukan empati. Perawat harus mampu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien intervensi trsebut dapat meningkatkan harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus mencoba

4.      Klien akan mudah mengambil peralatan yang di perlukan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat





5.      Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan aktual pada struktur tubuh

setelah diberikan askep selama ... x 24 jam gangguan citra diri teratasi dengan kriteria hasil :
a.   Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
b.  Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri
c.   Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
d.  Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
e.   mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
f.   Tampak tidak begitu memprihatinkan kondisi
g.  Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan

1.      Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien






2.      Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara terbuka dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan perasaan.
3.      Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali diri serta mengatasi masalah
4.      Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu pasien kearah penerimaan diri
1.      Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri
2.      Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami








3.      Menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi






4.      Membantu dalam meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri

10. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder:  imunosupresi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam, diharapkan tidak terjadi risiko infeksi dengan kriteria hasil:
-        Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
-        TD: 100/60 mmHg, N=80-100x/mnt, RR=20 x/mnt, S=36-37,5°C)
1.    Catat faktor risiko terjadinya infeksi




2.    Turunkan faktor risiko infeksi nosokomoal melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat, pertahankan teknik aseptik.
3.    Dorong perawatan diri/ aktivitas sampai batas toleransi. Bantu dengan program latihan bertahap.

4.    Kolaborasi: berikan antimikrobial sesuai indikasi
1. Kesadaran akan faktor risiko memberikan kesempatan untuk membatasi efeknya.

2. Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting untk mencegah infeksi di rumah sakit.




3. Memperbaiki kesehatan umum dan regangan otot dan dapat merangsang perbaikan sistem imun.

4. Satu atau lebih agen dapat digunkan tergantung pada identifikasi patogen bila infeksi terjadi.
11.Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute normal (pendarahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan volume cairan pasien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
-          Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat
-          Tanda – tanda vital dalam batas normal :
S = 36,5-37,50C
RR = 16-24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100 x/menit
-          Nadi perifer px teraba
-          Haluaran urine adekuat
-          Membrane mukosa px lembab
-          Turgor kulit elastis
1. Observasi tanda-tanda vital


2. Observasi tanda-tanda dehidrasi

3. Pantau mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang baik, dan rasa haus

4. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih



5. Berikan penjelasan kepada pasien untuk  banyak minum minimal 1,5 liter/hari
6. Berikan cairan IV





1. Perubahan tanda vital yang signifikan menandakan adanya kegawatan
2. Menentukan intervensi selanjutnya

3. Hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi



4. Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/output

5. Mempertahankan intake cairan peroral




6. Mempertahankan volume sirkulasi, meningkatkan fungsi ginjal

4.      Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang dibuat
5.      Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hassil

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya.
2.      Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol
3.      Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu: mencegah terjadi infeksi HPV,melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur,tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun,jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit, jangan berganti-ganti pasangan seksual, berhenti merokok


DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, 1999.. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,
Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
NANDA-Nic Noc. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1. Yogyakarta:Med Actiont
Yatim,faizal. 2008.Penyakit Kandungan.Jakarta;Pustaka Popular Obor
Kartikawati,Erni.2013.Bahaya Kanker Payudara dan Kanker serviks. Jkarta;Buku Biru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM-MACAM POSISI PASIEN

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Dalam dunia keperawatan, posisi pasien saat di tempat tidur adalah yang utama agar pasien merasa nyaman dengan tempat tidurnya di rumah sakit, seperti halnya pasien lansia yang memiliki kerentanan untuk terluka walaupun tanpa aktifitas dan juga bagi pasien yang mengalami cacat fisik seperti patah tulang atau pun kelainan pada tulang belakangnya. Karena jika kita sebagai perawat tidak bisa mengatur posisi pasien di tempat tidur, bisa terjadi pergeseran atau bahkan bisa membahayakan tulang di dalam tubuh pasien. Karena itulah terdapat macam-macam posisi pasien di tempat tidur yang harus diketahui oleh seorang perawat dalam menjalankan tugasnya, seperti posisi pasien saat akan menjalankan pemeriksaan medis dan lainnya. B.      RUMUSAN MASALAH 1.       Apa saja macam-macam posisi pasien ditempat tidur? 2.       Apa yang dimaksud dengan Posisi La...

SAP Memandikan Bayi

SATUAN ACARA PENYULUHAN MEMANDIKAN BAYI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD TABANAN    OLEH KELOMPOK 2C 1.       Adisty Putri Wira Utami            (16.901.1335) 2.       I Komang Darmayasa                (16.901.1376) 3.       Kadek Dwi Trisnawati               (16.901.1418) 4.       Ni Putu Manado Ardayanti       (16.901.1508) PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPN I BALI 201 6 SATUAN ACARA PE NYULUHAN MEMANDIKAN BAYI   Pokok Bahasan              : Perawatan bayi sehari-hari Sub Pokok Bahasan ...

SAP SENAM KAKI DM

SATUAN ACARA PENYULUHAN SENAM KAKI DIABETES PADA KELUARGA BAPAK. S OLEH : Adisty Putri Wira , S.Kep NIM. 16.901.1 508 PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 201 7 SATUAN ACARA PENYULUHAN SENAM KAKI DIABETES PADA KELUARGA Bpk. S Satuan Acara Pendidikan Kesehatan Hari/Tanggal                        :    S enin , 1 7 April 201 7 Waktu                                  :    45 menit Tempat Pelaksanaan            :     Rumah Bpk. S Sasaran            ...